Jembatan Kahayan, Ikon Kota Palangka Raya

Masih ingat dengan Palangka Raya? Kota Palangka Raya sempat ramai diperbincangkan karena menjadi calon kuat ibukota negara yang baru. Beruntung kami pernah mampir ke kota berjulukan ‘Bumi Tambun Bungai’ ini. Suasana kotanya memang tenang, tidak begitu ramai, dan ternyata punya banyak tempat menarik. Hal pertama yang kami cari saat berkeliling adalah landmark dari Kota Palangka Raya, yaitu Jembatan Kahayan.

Jembatan Kahayan yang membentang di atas Sungai Kahayan ini memiliki bentuk yang menarik. Ada sebuah tiang lengkung yang menghiasi bagian tengahnya. Panjang jembatan mencapai 640 meter, dengan lebar 9 meter. Jembatan ini menjadi penghubung utama Kota Palangka Raya dengan beberapa Kabupaten lain di Kalimantan Tengah.

Jembatan Kahayan Palangka Raya

Pemandangan Cantik di Sekitar Jembatan Kahayan

Saat naik atau melintas di atas jembatan, Kawan Dolan bisa melihat pemandangan ke arah Sungai Kahayan yang terbentang luas. Sungai berair coklat berhias lanting (rumah di atas sungai) di tiap sisinya menjadi suguhan utama. Ada juga beberapa kapal dan perahu kecil yang tertambat di tepian.

Pemandangan Sungai Kahayan di Kota Palangka Raya

Sungai Kahayan masih menjadi jalur lalu lintas bagi sebagian warga di Kalimantan Tengah. Baik itu untuk hilir mudik warga yang bepergian ke tempat lain, mengangkut barang ke daerah pedalaman, maupun proses pengangkutan kayu log. Jadi jangan heran jika sering mendengar deru klotok dan kapal yang melintas di bawah jembatan.

Proses Pengangkutan Kayu Log di Sungai Kahayan
Proses Pengangkutan Kayu Log di Sungai Kahayan (Foto: dokumentasi pribadi)

Nah, kalau Kawan Dolan ingin melihat pemandangan dari atas Jembatan Kahayan, pastikan untuk tidak parkir kendaraan di sepanjang ruas jembatan. Nanti bisa mengganggu arus lalu lintas kendaraan lain yang lewat.

Bagian Atas Jembatan Kahayan

Parkirkan saja kendaraan di bagian bawah atau di dekat warung-warung yang terdapat di ujung jembatan. Dari sana, tinggal berjalan kaki saja untuk naik sampai ke bagian tengah jembatan.

Tempat Populer Warga Lokal Menikmati Suasana Sore

Selain langsung dari atas, Kawan Dolan juga bisa menikmati cantiknya Jembatan Kahayan dari bagian bawah. Saat sore hari, bagian bawah jembatan ini akan ramai dikunjungi oleh warga lokal untuk bersantai. Ada yang sekedar duduk-duduk saja, dan ada juga yang sambil kulineran.

Ya, persis di bawah Jembatan Kahayan memang tersedia area khusus yang digunakan oleh beberapa pedagang kaki lima untuk berjualan aneka kuliner. Mulai dari soto, rawon, sop, bakso, gorengan, hingga minuman ringan, dengan harga yang ramah di kantong.

Area Kuliner Kaki Lima Palangka Raya

Kawan Dolan juga bisa mengunjungi Taman Pasuk Kameluh yang berada persis di sebelah kaki Jembatan Kahayan. Di taman yang asri ini warga lokal juga biasa berkumpul, terutama saat sore hari. Pesona jembatan yang menjadi kebanggaan warga Kota Palangka Raya bisa dilihat dengan sangat jelas dari taman ini.

Taman Pasuk Kameluh Palangka Raya
Taman Pasuk Kameluh – Palangka Raya (Foto: dokumentasi pribadi)
Jembatan Kahayan Dari Taman Pasuk Kameluh
Jembatan Kahayan dari Taman Pasuk Kameluh (Foto: dokumentasi pribadi)

Kalau cuaca cerah, kami rekomendasikan Kawan Dolan untuk menghabiskan waktu sore di sekitar Jembatan Kahayan sampai waktunya matahari terbenam. Saat matahari terbenam, pemandangan dan suasananya akan semakin memikat.

Lukisan Motif Khas Dayak

Jangan lupa, sebelum pulang mampirlah melihat ke dinding-dinding yang ada di bagian depan Taman Pasuk Kameluh dan di bagian bawah jembatan. Di sana banyak lukisan warna-warni bergambar naga dan motif-motif khas Dayak yang sarat makna.

 

14 Replies to “Jembatan Kahayan, Ikon Kota Palangka Raya”

  1. Wah bagus sekali jembatannya. Tiap daerah selalu punya landmark yg keren sekarang. Kalau lihat sungai besar seperti ini suka jadi Pengen mancing deh. Ikannya besar-besar enak dipanggang

    1. Menurut salah satu tokoh masyarakat, Palangka Raya diambil dari bahasa Dayak Ngaju. Kata “Palangka” dimaknai sebagai wadah/tempat, dan kata “Raya” artinya besar. Jadi, secara harfiah, bisa berarti “tempat tinggal yang luas”

  2. Ooo cara nulisnya dipisah ya? Palangka Raya. Kirain Palangkaraya hehe.
    Kebetulan suami lahir di sana.
    Belum pernah kembali ke sana, moga2 ada kesempatan ke sana. Msh ada rmh peninggalan kakeknya sih di sana 😀
    TFS cerita ikon dan tempat2 populernya 😀

  3. Waktu ke Palangkaraya, Aku malah gak foto di jembatan ini ^_^
    Milih selfie di taman depan kantor Gubernuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *