Menelusuri Sejarah Kota Surabaya di Museum Surabaya “Siola”

Setiap kota di Indonesia memiliki sejarahnya sendiri terkait geliat perjuangan di masa penjajahan. Begitu pula dengan Kota Surabaya. Kota yang dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan ini memiliki sejarah yang cukup panjang sebelum akhirnya berkembang pesat menjadi seperti saat ini. Kisah yang tentunya menarik untuk ditelusuri, salah satunya melalui kunjungan ke Museum Surabaya “Siola”. Warga Surabaya beruntung karena akhirnya bisa memiliki museum ini pada pertengahan 2015 yang lalu. Sebab, Museum Surabaya menyimpan banyak koleksi tentang sejarah Surabaya. Pengunjung yang datang bisa belajar banyak tentang sejarah perkembangan yang terjadi di Kota Surabaya. 

Gedung Siola, Museum Surabaya
Gedung Siola Surabaya. Foto : jejakpiknik.com

Lokasi Museum Surabaya

Alamat Museum Surabaya berada di Jalan Tunjungan No. 1, Genteng, Kota Surabaya (cek Google Maps). Museum ini berada di sudut pertemuan antara Jalan Genteng Kali dan Jalan Tunjungan Surabaya. Gedung museum ini adalah cagar budaya yang tersohor sejak dulu kala di Surabaya, yaitu Gedung Siola. Ini jelas sangat menarik. Tidak hanya koleksinya, tetapi gedung tempat museum ini berada pun menyimpan kisah yang bersejarah.

Gedung Museum Surabaya Punya Sejarah Panjang

Gedung Siola merupakan bagian dari sejarah perjuangan rakyat Surabaya pada masa penjajahan konial. Begitu juga dengan geliat perkembangan ekonomi dan perdagangan di Kota Surabaya.

Gedung Siola dibangun oleh seorang investor berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Laidlaw pada tahun 1877. Di gedung yang dibangunnya tersebut ia membuka Toko Serba Ada bernama “Het Engelsche Warenhuis”. Sayangnya bisnis tersebut bangkrut karena Robert Laidlaw meninggal pada 1935. Gedung Siola kemudian sempat beberapa kali pindah tangan. Fungsinya pun berganti-ganti dengan nama yang berbeda.

Ketika terjadi perang 10 November 1945 di Kota Surabaya, Gedung Siola digunakan sebagai salah satu basis pertahanan rakyat Surabaya dari serangan pasukan sekutu. Gedung ini adalah saksi bisu perjuangan rakyat Surabaya. Akibatnya, gedung mengalami kerusakan dan menjadi gedung yang tidak terurus hingga sekitar tahun 1950.

Gedung Siola baru diambilalih menjadi aset Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 1950 saat Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi pada aset-aset pemerintah kolonial. Tahun 1960, beberapa orang pengusaha menyewa dan memperbaiki Gedung Siola untuk menjadi toko pusat grosir. Dari sinilah nama Siola muncul, yaitu dari singkatan nama-nama pengusaha tersebut, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong Liem, dan Ong.

Gedung Siola Yang Akhirnya Difungsikan Sebagai Museum Surabaya
Foto : kompasiana.com

Gedung Siola menjadi kebanggaan masyarakat Surabaya karena menjadi pusat perbelanjaan besar pertama di Surabaya. Bisa dibilang, Siola adalah ‘mall’ nya warga Surabaya pada masa itu. Namun sayang, seiring dengan bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru di Surabaya, Siola tidak lagi bisa bersaing hingga akhirnya tutup pada tahun 1998. Gedung Siola kembali berpindah pengelolaan ke beberapa tangan, bahkan ke pihak swasta. Namun, usaha di dalamnya tetap tidak berjalan dengan baik.

Akhirnya, Walikota Surabaya saat ini, Ibu Risma, memprakarsai pembukaan Gedung Siola untuk menjadi Museum Surabaya. Pengelola museum menempatkan segala koleksi di lantai 1. Sebab, lantai atasnya menjadi Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) Pemerintah Kota Surabaya.

Beragam Koleksi Yang ‘Bertutur’ tentang Kota Surabaya

Koleksi yang ada di Museum Surabaya mencapai kurang lebih 1000 benda. Koleksi-koleksi tersebut adalah benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Kota Surabaya. Mulai dari saat kepemimpinan walikota yang pertama (A Meyroos) di zaman Belanda, sampai dengan walikota terakhir saat ini (Ibu Risma).

Foto Walikota Surabaya di Museum Surabaya
Foto : tripadvisor.co.id

Kawan Dolan belum tahu siapa saja yang pernah menjabat sebagai walikota Surabaya? Tenang, nanti di bagian awal ruangan museum, kalian bisa melihat foto wajah orang-orang yang pernah menjabat sebagai walikota Surabaya.

Museum Surabaya juga menyimpan benda-benda dari tokoh legendaris di Surabaya. Misalnya, replika biola W.R. Supratman dan piano antik milik musisi legendaris Gombloh. Ada juga replika transportasi umum yang sering digunakan oleh masyarakat Surabaya. Masyarakat Kota Surabaya pada zaman dahulu memang lebih sering menggunakan kendaraan umum saat bepergian.

Koleksi Piano di Museum Surabaya
foto : pesonajatim.com

Bemo yang dulu sempat beroperasional di Kota Surabaya tahun 1962 – 1972 dipamerkan sebagai koleksi. Ada juga angguna (angkutan serba guna) yang sempat menjadi primadona masyarakat Surabaya karena tarifnya yang bisa ditawar-tawar. Tidak ketinggalan, ada becak berwarna putih dan biru. Yaps, dulu becak di Surabaya dibedakan menjadi dua warna, lho. Warna putih khusus untuk becak pagi dan warna biru untuk becak malam hari.

koleksi alat transportasi
foto : jejakpiknik.com

Lebih jauh ke dalam, ada koleksi arsip-arsip penting milik Pemerintah Kota Surabaya. Arsip-arsip tersebut berupa ijazah sekolah, buku catatan kelahiran, dan buku catatan kematian yang ditulis tangan. Kamu juga bisa melihat koleksi buku arsip yang berisi nama-nama orang Belanda yang dimakamkan di pemakaman khusus Peneleh dan Ngagel.

Jam Operasional

Tertarik berkunjung ke Museum Surabaya Siola? Maka, kamu bisa datang di jam operasional berikut ini. Museum Surabaya Siola buka setiap Selasa – Minggu, pukul 09.00 – 21.00 WIB (Senin tutup). 

Harga Tiket Masuk Museum Surabaya Siola

Untuk kamu yang bertanya-tanya mengenai harga tiket masuk Museum Surabaya, maka tenang saja. Pengelola tidak menetapkan tarif khusus untuk pengunjung alias gratis. Masyarakat bisa mengunjungi Museum Surabaya ini tanpa harus membayar tiket masuk. Cukup membayar tarif parkir saja sebesar Rp3.000,00 (sepeda motor) dan Rp5.000,00 (mobil)

Penutup

Kalau kalian ingin pengalaman jalan-jalan yang berbeda saat berada di Kota Surabaya, mampirlah ke Museum Surabaya Siola. Banyak sekali koleksi-koleksi menarik yang bisa kamu temukan untuk melihat bagaimana sejarah panjang Kota Surabaya di masa lalu. 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *