Mengenal Keunikan Kuliner Papeda Khas Papua

Tidak berbeda dengan daerah lain di Indonesia, Papua juga memiliki sederet kekayaan kuliner bercita rasa unik. Salah satu yang populer adalah papeda. Apakah kamu sudah pernah mencicipinya? Tahukah kamu bagaimana sejarah Papeda dan filosofinya? Yuk, temukan pembahasannya di sini.

Papeda merupakan makanan pokok masyarakat Papua. Makanan ini lazim menjadi santapan sehari-hari. Nilai gizinya cukup tinggi. Kandungannya kaya akan karbohidrat dan serat yang baik untuk kesehatan tubuh.

Selain itu, cara penyajian dan cara menyantapnya pun sangat khas. Makanya, sekali mencobanya, banyak orang yang langsung jatuh cinta.

Papeda berasal dari Papua
Papeda khas Papua (Foto: antaranews.com)

Sekilas Sejarah Papeda Khas Papua

Bagi masyarakat Papua, sagu adalah bahan makanan yang sangat istimewa. Seorang antropolog, JR Mansoben, pernah mengungkapkan tentang sejarah Papeda.

Dalam buku karangannya – “Kelezatan Kuliner Papua – Litbang Kompas”, Mansoben mengungkapkan tentang makna sagu bagi masyarakat Papua. Ia menyebutkan bahwa sagu menjadi inti dari berbagai ritual masyarakat adat Papua.

Tidak heran jika papeda juga kerap menjadi hidangan sakral di berbagai ritual. Baik itu pada upacara kelahiran anak pertama, perayaan masa pubertas seorang gadis (sonnar monne), hingga upacara watani kame.  

Bahan Papeda Gunakan Sagu Berkualitas

Bahan utama untuk membuat Papeda adalah tanaman sagu. Biasanya masyarakat Papua menggunakan bagian bonggolnya. Bonggol sagu yang dipilih idealnya berumur 3 – 5 tahun.

Masyarakat Papua mengolah bonggol sagu tersebut menjadi tepung sagu. Selanjutnya, mereka akan menyimpan persediaan tepung sagu tersebut dalam wadah yang dinamakan tumang. Cara penyimpanan ini akan menjaga keawetan tepung sagu sehingga tidak cepat asam.

Diolah Sampai Teksturnya Lengket Menyerupai Lem

Cara pembuatan papeda sebenarnya terbilang sederhana. Hanya perlu mencampurkan tepung sagu murni dengan air panas mendidih, kemudian aduk-aduk perlahan.

Biasanya ada tambahan sedikit perasan jeruk dan garam. Proses mengaduk akan selesai jika tekstur adonan sudah mengental dan lengket menyerupai lem. Warnanya pun akan menjadi putih bening.

Bagi yang belum terbiasa, maka mungkin akan sedikit kesulitan mengolahnya. Perlu ketelitian untuk menakar campuran antara tepung sagu dengan air.

Kalau terlalu banyak air, biasanya proses pembuatan akan gagal lantaran terlalu cair. Begitu pula dengan ketelitian terhadap suhu airnya. Kalau kurang panas, maka tepung sagu akan sulit mengental.

Penyajian Hingga Cara Menyantap Yang Unik

Untuk menyajikan papeda perlu sepasang gata-gata. Gata-gata merupakan bilah kayu atau bambu yang bentuknya menyerupai sumpit.

Oleh karena teksturnya yang lengket, maka akan cukup sulit untuk mengambilnya jika hanya menggunakan sendok. Papeda akan digulung-gulung menggunakan gata-gata hingga membulat. Kemudian, tinggal menyajikannya langsung di piring atau mangkok.

Cara Menyantap Papeda yang khas
Cara Menyajikan yang Khas (Foto: Instagram @noesantaracuisine)

Di masyarakat asli Papua, wadah tradisional untuk menyajikan papeda bernama helai dan hote. Helai terbuat dari kayu dan biasanya menjadi wadah menyajikan papeda yang sudah matang. Sementara itu, hote adalah piring kayu yang digunakan oleh perorangan untuk menyantapnya.

Cita rasa kuliner ini dominan tawar sehingga harus mengonsumsinya bersama menu lain sebagai pendamping. Untuk menambah kenikmatan menyantapnya, maka masyarakat Papua biasa menyajikan bersama dengan campuran ikan kuah kuning yang segar.

Rasa kuahnya dominan asam dan pedas. Ikan yang digunakan biasanya adalah tongkol, tuna, kakap, atau gabus. 

Selain ikan kuah kuning, pelengkap lainnya adalah sayur tumisan seperti tumis kangkung, sayur ganemo, atau sayur tagas-tagas. Sayur ganemo dan sayur tagas-tagas juga sangat khas Papua.

Sayur ganemo merupakan olahan sayur tumisan yang menggunakan campuran daun melinjo muda, bunga pepaya, dan cabai. Sedangkan, sayur tagas-tagas adalah sayur yang dibuat dari campuran daun singkong (daun kasbi) dan bunga pepaya.

Cara menyantapnya juga sangat unik, lho! Masyarakat Papua tidak menggunakan tangan atau sendok.

Cara menyantapnya adalah langsung dari piring dengan cara menyesap/menyedot ke mulut. Sama sekali tidak perlu mengunyah! Wah, sensasi menyantapnya pasti bakal memberi pengalaman baru untukmu!

Manfaat Papeda Untuk Kesehatan

Seperti yang sudah kami sebutkan tadi, bahan utamanya adalah sagu. Sagu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga menjadi sumber energi yang bagus. Namun, selain itu, masih banyak manfaat lainnya untuk kesehatan.

Papeda Makanan khas Papua
Papeda Ikan Kuah Kuning (Foto: Instagram @goodindonesianfood)

Melansir dari sehatQ.com, sagu mengandung antioksidan yang mampu mencegah berbagai penyakit. Mulai dari kanker, mengurangi risiko penyakit jantung, dan menangkal paparan radikal bebas.

Bagi penderita malnutrisi, sagu juga berkhasiat untuk menaikkan berat badan. Sebab, kandungan kalori pada sagu cukup tinggi.

Merujuk pada data komposisi pangan dari Kementerian Kesehatan RI, papeda memiliki 0,5 mg kandungan serat. Kandungan ini bisa membantu melancarkan pencernaan.

Penutup

Nah, setelah mengetahui tentang sejarah papeda, bahan papeda, hingga kenikmatan cita rasanya, apakah kamu tertarik untuk mencicipinya? 

Kalau kamu berkunjung ke Papua, pastikan untuk memburu kuliner yang satu ini, ya! Kamu bisa menemukan tempat jual Papeda terdekat dengan mudah saat berada di Papua.

Coba nikmati sensasi menyesap kuliner ini, lengkap dengan ikan kuah kuning dan sayuran ala Papua yang menggoyang lidah. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *