Pesona Noken Papua: Identitas Masyarakat yang Sarat Nilai Filosofis

Hai, Kawan Dolan. Kali ini saya ajak kamu bergeser ke sisi timur Indonesia lagi, yaitu Papua. Kalau sebelumnya rekan saya sudah bahas tentang Papeda, nah.. kali ini ada noken Papua yang tidak kalah tersohor!

Yap, betul banget! Papua memang memiliki banyak hal menarik yang terbilang unik dan khas. Salah satunya adalah noken Papua. Noken merupakan tas hasil kerajinan tangan asli dari tanah Papua. Hampir sebagian besar masyarakat di sana menggunakan noken. Bagi masyarakat Papua, noken bukan hanya sekadar gaya, tetapi sekaligus menjadi identitas. Lantas, semenarik apa sih noken Papua ini?

Foto: commons.wikimedia.org/keenan63 via Portal Sains

Mengenal Noken Khas Papua yang Tersohor

Noken merupakan tas tradisional masyarakat Papua pegunungan. Bahan utama pembuatannya menggunakan serat kulit kayu. Bahkan, ada juga yang menggunakan anggrek hutan sebagai bahan pembuatan noken.



Sehari-harinya, masyarakat Papua menggunakan tas tradisional ini untuk menyimpan dan membawa berbagai kebutuhan. Cara menggunakannya terbilang unik. Orang-orang memasangkan tali tas di kepala, kemudian meletakan bagian kantongnya ke arah belakang hingga menjuntai ke punggung.

Cover Noken Papua jejakdolan.com

Noken yang berukuran kecil (mitutee) biasanya digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Noken yang berukuran sedang (gapagoo) biasanya hanya untuk membawa barang-barang belanjaan yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Sementara itu, noken yang berukuran besar (yatoo) digunakan untuk membawa berbagai macam hasil pertanian atau hasil hutan. Mulai dari ubi-ubian, sayuran, kayu bakar, dan lain sebagainya.

Makna Filosofis yang Mendalam pada Noken Papua

Noken yang sekilas nampak hanya seperti hasil kerajinan tangan biasa ternyata menyimpan pesona yang mampu memukau dunia, lho, Kawan Dolan. Banyak aspek menarik dari noken khas Papua ini. Mulai dari bahan, bentuk, proses pembuatan, cara pemakaian, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya. Tidak heran jika UNESCO menetapkan noken sebagai “warisan budaya dunia tak benda” pada 4 Desember 2012 lalu.

Kalau melihat filosofinya, ada makna keselarasan dengan alam yang terkandung pada sebuah noken. Hal ini terlihat dari bahan pembuatannya. Noken menggunakan bahan yang memanfaatkan hasil alam, baik itu bahan baku utama maupun bahan pewarnanya. Bahan utama pembuatannya menggunakan bahan baku berupa serat kulit kayu. Biasanya kulit kayu diambil dari pohon-pohon yang tumbuh liar di hutan.

cara pakai
Foto: Kementerian Pariwisata

Pohon yang biasa digunakan adalah Pohon Yonggoli, Pohon Huisa, Pohon Nawa, Anggrek Hutan, Manduam, atau pohon-pohon liar lainnya. Walaupun sering digunakan, tetapi masyarakat Papua tidak secara khusus membudidayakan pohon-pohon tersebut. Mereka tetap membiarkan pohon-pohon tersebut tumbuh secara alami di hutan.

Untuk proses pewarnaannya pun, bahan-bahan yang digunakan masih serba alami dari hasil alam tanpa bahan kimia. Kemudian, motif dan warna yang ada pada sebuah noken bisa jadi berbeda-beda antara suku yang satu dengan suku lain yang ada di Papua. Ini sekaligus menjadi identitas dan fungsi sosial dari sebuah noken.

Noken yang menjadi ciri khas dari Papua ini umumnya hanya dibuat oleh para perempuan saja. Kemampuan membuat noken yang ada pada seorang perempuan akan menjadi penanda kedewasaan. Perempuan yang sudah bisa membuat ini dengan tangannya sendiri berarti sudah diperbolehkan untuk menikah.

Hal ini juga merupakan filosofi dari noken, yaitu melambangkan makna kesuburan. Nah, terkait makna kesuburan ini bisa dilihat juga dari bentuknya yang mampu membawa banyak barang. Ini disebut mirip dengan kandungan perempuan yang berisi janin bayi. Yang lebih unik, mamak-mamak di Papua juga menggunakan noken untuk menggendong anak. Jadi, selain makna kesuburan, ternyata noken juga disebut melambangkan ikatan batin antara ibu dan anaknya.

Penutup

Wah, menarik juga, ya. Ternyata noken bukan sekedar kerajinan tangan biasa, tetapi di dalamnya juga mengandung filosofi yang sangat mendalam. Harga yang masih asli terbuat dari serat kayu dibanderol seharga ratusan hingga jutaan rupiah. Tentunya harga ini sebanding dengan bahan dan proses pembuatannya, ya, Kawan Dolan. Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk membelinya?

Saran saya, kalau kamu datang ke Papua, maka wajib membeli noken sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh. Jangan sampai melewatkan kesempatan untuk memiliki kerajinan tangan khas Papua yang pesonanya sudah mendunia ini, ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *