Pasti Balik Lagi! Asakan Ambu Semarang, Warung Makan Khas Sunda yang Bikin Nagih

Cerita tentang makan siang di Asakan Ambu Semarang. Rekomendasi kuliner dengan cita rasa khas Sunda supaya makan di Semarang nggak melulu yang itu-itu saja.

Beberapa hari setelah tiba di Kota Semarang, saya mengontak seorang teman lama. Barangkali ia punya waktu luang untuk bertemu dengan saya. Rupanya ia tidak sibuk-sibuk amat siang itu.

Ia langsung mengajak saya untuk makan siang. Sebuah tautan akun Instagram berisi daftar menu dikirimnya melalui pesan Whatsapp.

“Kita makan di sini saja,” ujarnya.

Terpampang nama tempatnya: Asakan Ambu. Tertulis di profil Instagramnya: “warung kecil nan hangat dengan olahan cita rasa sunda penggugah selera”

Asakan Ambu Semarang
Pic: instagram.com/asakanambu.id

Setelah melihat lokasi dan pilihan menu tersebut, saya pun mengiyakan saja. Kalau soal pilihan tempat makan, saya selalu percaya pada rekomendasi kawan saya ini.

Tepat pukul 12.00 WIB, kawan saya mengirim pesan bahwa ia sudah meluncur dari kantornya. Saya pun bergegas berangkat menuju Asakan Ambu Semarang.

Perlu sedikit jeli supaya tidak kebablasan

Warung Asakan Ambu berlokasi di Jalan Singosari Timur No. H-46, Wonodri, Kota Semarang. Tempatnya tidak begitu jauh dari PIP Semarang dan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah.

Dari tempat saya menginap di kawasan Veteran, warung Asakan Ambu (seharusnya) hanya berjarak sekitar 5 menit perjalanan dengan sepeda motor. Yaa, tapi kalau untuk saya yang selalu pakai rumus ‘pelan tapi pasti, pelan asal selamat’ ini tiap kali berkendara, maka kira-kira 10 menit lah baru sampai di sana.

Ketika tiba di Jalan Singosari Timur, saya sempat kebablasan sedikit. Sebabnya, walaupun tepat di pinggir jalan utama, tapi tempat makan yang satu ini terbilang kecil. Tidak ada plang penanda khusus.

Asakan Ambu Semarang
Pic: instagram.com/asakanambu.id

Untungnya, mata saya sempat menangkap tulisan ”Asakan Ambu” dan “gambar perempuan tersenyum” yang terpampang di kaca jendela warung. Ah, soal “gambar perempuan tersenyum” itu hanya interpretasi saya saja, ya. Di mata saya ketika melihatnya nampaknya seperti itu, sih, hehe…

Setelah memutar, saya tiba di depan warung Asakan Ambu. Ketika itu pengunjung masih belum begitu banyak. Hanya ada 2 sepeda motor di area parkirnya. Area parkir yang tersedia persis di depan warung terbilang kecil. Sepengamatan saya hanya cukup untuk 3-4 sepeda motor saja.

Sementara itu, untuk mobil tidak ada area parkir khusus. Ya, parkir begitu saja di bahu jalan. Namun, perlu sangat teliti dan hati-hati karena ruas jalannya kecil. Jadi, pengunjung harus memastikan mobilnya sudah terparkir dengan benar agar tidak mengganggu arus lalu lintas kendaraan lain.

Tempat makan dengan desain minimalis dan estetik

Setelah clingak clinguk di depan warung Asakan Ambu Semarang, kawan saya ternyata belum terlihat batang hidungnya. Daripada berdiri di depan seperti orang hilang, akhirnya saya memutuskan untuk langsung masuk saja.

Sembari berjalan masuk, mata saya merekam bagian-bagian di dalam warung yang tidak seberapa besar itu. Walaupun kecil, ketika merasakan suasananya, saya seperti sedang masuk ke rumah sendiri.

Apalagi, ada Ambu dan si Aa –yang saya tidak tahu namanya siapa, menyambut dengan senyum dan sapa yang hangat.

Untuk area duduk di bagian dalam, kalau saya tidak salah ingat, ada 3 meja kayu panjang. Kursinya cukuplah untuk menampung 10-12 pengunjung.

Interior di bagian dalam di desain sederhana, tapi tetap estetik. Penggunaan warnanya dominan hijau tua dan putih. Menurut saya, konsepnya cukup unik. Ditambah lagi, ada buku-buku dan pernak pernik berkonsep lawas yang tertata di sebuah rak putih, serta beberapa pajangan dinding.

Menu Minuman di Asakan Ambu
Pic: instagram.com/asakanambu.id

Pandangan saya sempat tertuju pada kulkas di pojok ruangan. Isinya minuman-minuman botol khas hasil racikan sendiri. Ada teh racik, asam jawa, coklat hideung, dan teh liang.

Di samping mesin kasir, ada sebuah etalase kecil. Beberapa masakan yang tersedia hari itu tertata rapi di dalamnya.

Oh iya, tadi di bagian teras depan juga tersedia area duduk dengan 1 meja panjang kapasitas 3 orang. Spot yang paling asyik menurut saya kalau ingin menikmati makanan dengan pemandangan ramainya lalu lalang kendaraan.

Asakan Ambu Semarang tawarkan menu masakan rumahan khas Sunda

Saya memutuskan untuk langsung memesan makanan sembari menunggu kawan saya tiba. Pesan menu di sini langsung ke area meja kasir.

Seorang perempuan muda, yang belakangan saya tahu dipanggil teteh, berdiri di balik meja kasir. Ia dengan sabar menjelaskan satu per satu tentang menu yang saya tanyakan.

Makanan sunda di semarang
Pic: instagram.com/asakanambu.id

Sebenarnya, pilihan menunya tidak terlalu banyak, tetapi cukup membuat bingung karena semua terlihat menarik untuk dicoba.

Siang itu, tersedia nasi ayam serundeng dan nasi tutug oncom ayam. Katanya, keduanya adalah menu favorit para pengunjung.

Untuk yang suka makanan berkuah, ada soto bandung sapi dengan kuah yang segar. Selain itu, ada cumi cabe hejo, gepuk serundeng cabe bereum, karedok, dan cumi hideung.

Yang juga bikin penasaran, ada menu cumi asin kecombrang, ayam suwir kecombrang, dan oseng daging. Hadeuh, bingung euy, mau pesan yang mana.

Oh iya, katanya, kadang-kadang ada menu mingguan, lho. Misalnya, seperti kupat tahu bandung dan lumpia basah Bandung. Jadi, menu mingguan ini artinya tidak selalu ada, ya, Kawan Dolan.

Harga bersahabat di kantong

Untuk harga menu di Asakan Ambu Semarang menurut saya masih standar saja, tidak terlalu mahal. Makanannya mulai dari Rp20ribuan saja. Untuk aneka gorengan harganya Rp1.500,00. Harga minumannya mulai dari Rp5.000,00-Rp25.000,00.

Ketika itu, saya akhirnya memesan nasi ayam serundeng cabe hejo seharga Rp20.000,00. Tidak lupa segelas es teh manis seharga Rp5.000,000 untuk menyegarkan diri dari gerahnya udara Semarang.

Menunggu pesanan di teras depan, spot favorit saya di Asakan Ambu Semarang

Berhubung satu meja di bagian dalam sudah terisi oleh beberapa orang yang datang lebih dulu, saya memilih duduk di teras depan saja. Sekalian, saya ingin menikmati keramaian jalanan. Bonusnya, di teras depan angin semilirnya nyaman sekali.

Teras depan warung
Pic: Google Maps/Johan Ferdian JR

Sambil menunggu, saya iseng scroll Instagram @asakanambu.id. Saya masih penasaran tentang warung mungil ini.

Saya lalu menemukan sebuah unggahan yang menceritakan tentang awal mula Warung Asakan Ambu. Kamu bisa membacanya di sini.

Tak lama berselang, kawan saya akhirnya datang juga. Jadi, saya tidak perlu terlalu lama bengong sendirian. Setelah cipika cipiki, saya menyuruhnya langsung memesan makanan.

“Pesan dulu, gih. Nanti antrenya kelamaan, lho,” kata saya mengingatkan.

Sembari berceloteh ia berbalik masuk untuk memesan makanan. Sejujurnya saya tidak tahu apa yang diucapkannya karena suaranya hanya terdengar samar beradu dengan suara kendaraan yang lalu lalang. Saya iya-iya saja supaya cepat. Hmmm.

“Pesan menu apa?” saya bertanya setelah ia kembali dari meja kasir.

“Nasi tutug oncom plus ayam, sama bakwan goreng. Penasaran pengen coba, kata orang-orang enak,” jawabnya cepat.

“Loh, jadi kamu belum pernah ke sini?” tanya saya heran. Pikir saya, ia merekomendasikan tempat ini karena sudah pernah mencobanya barang sekali.

“Belum, sih. Sempat pengen aja, tapi belum pernah kesampaian. Tenang, reviewnya bagus, kok,” ujarnya sembari tertawa.

Baiklah! Saya tidak banyak protes. Enak atau tidaknya urusan belakangan. Toh, namanya juga mencoba, ‘kan?

Kami pun menunggu pesanan tiba sembari mengobrol fafifuwasweswos tentang dunia perhambaan dan nasabah prioritas. Topik apa itu? Ya adalah pokoknya. Yang jelas, suasana di teras warung Asakan Ambu menyenangkan sekali untuk ngobrol sembari menunggu makanan tiba.

Porsi pas, cita rasa bikin nagih

Kira-kira sekitar 10 menit kemudian, pesanan makanan kami diantarkan ke meja. Aroma ayam goreng serundengnya menyeruak. Duh, bikin lapar! Dari segi tampilan pun menggugah selera.

Makanan ditempatkan di piring seng model jadul dengan alas daun pisang. Saya suka sekali kalau memesan makanan, lalu ada daun pisang sebagai alas nasinya. Sebabnya, aroma daun pisang itu khas sekali ketika bercampur dengan aroma nasi panas. 

Nasi tutug oncom ayam serundeng
Nasi tutug oncom di Asakan Ambu Semarang

Dalam seporsi nasi ayam serundeng cabe hejo pesanan saya isiannya cukup banyak. Ada nasi putih, sepotong ayam goreng dengan taburan serundeng yang melimpah, lalapan timun, selada, dan tentunya sambal hijau. Semua tertata rapi.

Melirik sedikit ke pesanan kawan saya, penampakannya kurang lebih sama. Yang membedakan hanya nasi tutug oncomnya yang terlihat unik. Oh iya, sambalnya juga beda. Kalau nasi tutug oncom, sambalnya merah (mungkin sambal terasi?)

“Icip sambal ijo-mu sedikit, ya?” ujar kawan saya sambil mengambil seujung sendok sambal dari piring saya.

“Ya boleh, tukar sama sambal-mu, ya? Pengen nyoba juga,”  balas saya.

“Wah, sambal ijonya enak!” ujar kawan saya kegirangan.

“Iya, ini sambal yang merah juga mantap,” ujar saya sambil mengecap sisa-sisa sambal di lidah.

Beberapa menit kemudian, kami masing-masing sibuk makan ayam serundeng Asakan Ambu.

Menurut saya, bumbunya meresap sampai ke bagian dalam ayamnya. Bukan sekadar asin gurih di bagian luar saja. Makin nikmat ketika dikunyah bersama serundeng dan sambal ijonya. Kombinasi rasa asin, gurih, sedikit manis, dan pedas menyatu dalam setiap suapan.

Pasti balik lagi untuk makan Asakan Ambu!

Tidak ada obrolan yang keluar dari mulut kami. Rupanya kami terlalu asyik menikmati ayam serundeng dan sambal ala Ambu ini.

Setelah tersisa tulang dan daun pisang saja di atas piring, saya melirik ke arah kawan saya. Tidak seperti saya, ia masih belum selesai dengan makanannya.

Saya menyeka keringat dengan tisu dan berkata, “makasih, ya, rekomendasi tempat makan siangnya. Ayamnya bener enak banget, lho.”

Kawan saya hanya mengangguk tanpa menoleh. Ia masih sibuk mengunyah potongan ayam. Saya tertawa pelan.

Intinya, di warung Asakan Ambu, definisi makan enak versi saya terpenuhi semua: tidak perlu di resto mahal, tempat sederhana pun tidak masalah, yang penting enak dan kenyang!

alternatif tempat makan di semarang dengan cita rasa sunda
Pic: instagram.com/asakanambu.id

Warung Asakan Ambu memang hanya warung makan kecil, tetapi suasananya nyaman sekali. Jenis masakannya pun tidak banyak, tapi menurut saya mampu mengobati rasa kangen pada masakan rumahan. Harganya pun masih aman di kantong.

Yang tidak kalah penting, sambutan dari Aa, Teteh, dan Ambu sejak kami datang sampai akan pulang, benar-benar hangat. Makin berasa seperti makan di rumah sendiri!

Oh iya, tadi saat kami sedang makan, Ambu sempat singgah di meja kami. Ambu bertanya bagaimana rasa masakannya.

“Enak banget, Ambu! Bumbunya resap sampai ke dalam. Sambalnya mantap!”  jawab saya cepat.

Jadi, kalau ditanya akan kembali lagi kah untuk makan di Warung Asakan Ambu? Jawabannya sudah pasti, iya! Nampaknya saya akan jadi #wargiambu yang sering kangen sama masakan-masakan Ambu, nih!

Untuk kamu yang penasaran sama hidden gem kuliner Sunda di Semarang yang satu ini, sok geura cobain!

 

ASAKAN AMBU SEMARANG

Alamat

Jl. Singosari Timur No. H-46, Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah (cek Google Maps)

Buka

Selasa – Sabtu, 11.00 – 20.00 WIB

Minggu, 10.00 – 15.00 WIB

Rating Google

4,9/5 dari 63 ulasan

Instagram

@asakanambu.id

Menu rekomendasi

nasi tutug oncom, ayam serundeng cabe hejo, cumi cabe hejo, lumpia basah, perkedel jagung.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *