MT Lorokan Mojokerto: Destinasi Hiking Date yang Ramah Bagi Pemula

MT Lorokan Mojokerto, cocok untuk pendaki pemula yang ingin naik gunung tanpa capek-capek. Waktu tempuh hanya 1 jam 40 menit dari Surabaya, dan 1 jam untuk menuju puncak dari pos registrasi.

Menjelang akhir pekan, umumnya mahasiswa Surabaya ataupun para pekerja Gen Z dari Surabaya berbondong-bondong ke Malang. Tujuannya untuk sekadar mencari tempat yang tinggi, dingin, dan penuh oksigen segar.

Namun, saat ini sudah banyak wisata alam populer dan instagramable yang jaraknya lebih dekat dari Surabaya. Contohnya, MT Lorokan yang ada di Pacet, Mojokerto. Lokasi tepatnya berada di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jaraknya sekitar 30 km dari pusat kota Mojokerto, sangat terjangkau.



MT Lorokan merupakan gugusan bukit yang ada di antara Gunung Biru, Gunung Welirang, dan Gunung Arjuna. Pemandangan yang tersuguh luar biasa ciamik. Karena track-nya yang nggak begitu berat, maka MT Lorokan seringkali dijadikan sebagai destinasi hiking date atau kencan di alam bebas. Kegiatan ini terutama dilakukan oleh pasangan muda-mudi yang baru menikah atau gemar kegiatan alam bebas.

Destinasi Hiking Date di Mojokerto
(Foto: Dodik Suprayogi)

Tiket aman di kantong

Kawasan pendakian MT Lorokan Mojokerto sudah dikelola dengan profesional sehingga tidak sulit jika ingin melakukan registrasi untuk pendakian. Registrasi MT Lorokan dapat dilakukan di pos atau basecamp pendakian yang buka 24 jam setiap harinya.

Registrasi cukup dengan membayar tiket pendakian per orang Rp15.000,00 dan biaya parkir kendaraan. Untuk biaya parkir kendaraan, yaitu Rp5.000,00 (sepeda motor) dan Rp10.000,00 (mobil). Pendaki yang sudah registrasi dan membayar tiket akan mendapatkan stiker sebagai cinderamata khas dari MT Lorokan.

Tips! Sebelum mendaki, pastikan semua perlengkapan seperti sepatu dan pakaian dalam kondisi bagus dan aman. Medan yang terjal dan licin menjadi tantangan saat berkegiatan di alam bebas, terlebih saat memasuki musim hujan. Jangan lupa sedia jas hujan agar tetap terlindungi.

Track yang ramah, tapi nggak membosankan

MT Lorokan memiliki ketinggian 1100 mdpl. Medannya nggak begitu curam dan menanjak sehingga cocok sekali untuk pendaki pemula. Meski demikian, pendaki tetap perlu memperhatikan petunjuk dan arahan dari petugas pos registrasi.

“Ada beberapa tanjakan yang kita nanti lalui, di antaranya ada Tanjakan Manja, Tanjakan Botok Bolu, dan Tanjakan Raisa. Tenang saja, semuanya tidak curam, cuma tetap perlu hati-hati, ya,” ucap Mas Ammar, teman pendakian kami kali ini, yang sudah sering main ke MT Lorokan.

Terdapat 3 pos yang akan dilalui sepanjang jalur. Semuanya aman untuk dilalui dan sudah dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas sehingga menghindari para pendaki tersesat.

Selain itu, ada gazebo untuk istirahat sejenak meluruskan otot-otot kaki. Estimasi pendakian hanya memerlukan waktu 1 jam untuk sampai ke puncak dan menikmati keindahan alam yang tersaji.

Ada yang menarik! Sepanjang rute pendakian, selain MT Lorokan, kita juga dapat menikmati keindahan puncak MT Rengganis yang masih dalam satu kawasan.

Tips! Usahakan membawa bekal makanan dan minuman sendiri. Di sepanjang jalur pendakian tidak ada warung atau toko yang menjual makanan dan minuman.

Puncak yang instagramable, cocok untuk pemuja sosial media

Di puncak, kita dapat mendirikan tenda dan bermalam, serta berfoto-foto dengan pemandangan alam yang hijau menyegarkan. Jajaran perbukitan di Tahura Raden Soeryo yang hijau, seketika memanjakan mata. Lelah yang terasa sirna sudah, lalu tergantikan oleh rasa takjub yang mendalam.

Menurut penelitian, hiking merupakan salah satu wahana untuk menyegarkan pikiran dan menyehatkan akal. Jadi, tidak ada salahnya, sebulan sekali meluangkan waktu untuk menikmati alam bebas secara langsung. Contohnya, hiking di MT Lorokan ini.

Jika ingin menikmati puncak dengan lebih leluasa, maka sebaiknya berangkat lebih pagi atau tiba sebelum tengah hari. Tujuannya agar menghindari keramaian karena biasanya banyak rombongan pendaki yang tiba menjelang sore hari untuk bermalam.

Mt Lorokan Mojokerto HTM
(Foto: Dodik Suprayogi)

Penting!

Satu peraturan yang pasti ketika berada di puncak, yaitu dilarang menyalakan api unggun. Di area puncak sangat rawan terjadi kebakaran, apalagi saat musim kemarau yang kering.

“Jangan meninggalkan apapun selain jejak kaki. Jangan mengambil apa pun selain foto, dan jangan membunuh apapun selain waktu.”

Itulah sepenggal pesan yang turun temurun dituturkan oleh para pecinta alam.

Setelah puas menikmati pemandangan puncak MT Lorokan, jangan lupa bawa sampah kembali turun. Buanglah di tempat sampah yang ada di pos basecamp registrasi. Jangan sampai sampah tertinggal dan mengotori alam.

Tersedia warung sebelum rute tracking

Bagi yang enggan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah, maka teman-teman dapat membelinya di warung sederhana yang berada tidak jauh dari pos registrasi. Pastikan untuk membeli bekal yang cukup karena di sepanjang jalur tracking tidak ada warung lagi.

Di warung sederhana dekat pos registrasi ini, tersedia minuman dan makanan ringan. Teman-teman bisa mampir sebentar untuk mengisi perut dan menghangatkan diri.

Di suasana Pacet yang dingin, segelas teh hangat dan indomie rebus cocok sekali sebagai teman seperjalanan. Terutama saat musim hujan, selain perlengkapan hiking yang harus safety, stamina fisik juga harus diperhatikan.

Mt Lorokan Mojokerto, cocok untuk solo hiking

Dengan jalurnya yang nggak begitu berat, maka hanya butuh 30 sampai 60 menit untuk menuju puncak dari pos registrasi. Cocok untuk solo hiking, apalagi para pendaki-pendaki jomblo atau fakir cinta di antara para pasangan hiking date. Dengan track yang cantik, MT Lorokan juga cocok untuk para pemuja Strava.

Bahkan, akamsi (anak kampung sini), sudah terbiasa mendaki tektok. Mereka berangkat pagi dan pulang siang untuk sekadar melemaskan otot-otot kaki. Modalnya hanya sandal swallow dan air minum 600 ml, hebatkan?

Meski cocok untuk pendakian tektok, tetap saja MT Lorokan kurang cocok bagi para pemuda jompo yang suka mager, enggan berolahraga, dan kaum mendang-mending.

Nah, tertarik mencoba? Gaskan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *